hello

Rabu, 23 Mei 2012

Kisah Cinta Putih Abu Abu

Di sisi dunia, roman-roman remaja mulai tumbuh. Gaya kekanak-kanakan yang dulu menyebalkan, kini berubah drastis bagai disulap pensil skalakabumbum. Dari yang dulu imut-imut kayak marmut, sekarang jadi amit-amit kayak moyangnya marmut. Dari yang dulu masih ngompol, sekarang malah makin beser. Tapi mungkin nggak dengan cewek yang satu ini. Cewek yang emang imut-imut tapi nggak kayak marmut, malah lebih mirip sama Pretty shinta artis Bollywood itu lho. Hidungnya yang mancung hampir kayak hidung pinokio. Matanya yang bulat coklat, bibirnya nan sexy, rambutnya yang tergerai hitam lurus, pokoknya jauh banget sama rambut sapu ijuk. Dan pokoknya, cewek yang satu ini benar-benar prefect n sedikit agak tomboy sih. Walau begitu dia jadi idola populer di sekolah lamanya, dan akan menjadi calon idola lagi di sekolah lanjutnya. Maklum aja hari ini dia baru mengenakan seragam khas abu-abu Sekolah Menengah Atas, yang dua hari sebelumnya masih mengenakan seragam biru-putihnya.
“Cinta, udah belum dandannya ? nanti kamu terlambat.” Cinta bukan panggilan lebay dari seorang ibu pada anaknya lho, tapi emang itu adalah nama dari seorang cewek yang cantik nan imut. Mungkin sebelumnya udah sempet di bahas sedikit tentang cewek yang satu ini. Suara sang ratu rumah udah terdengar tak sabar menunggu sang putri Cinta keluar dari kamarnya. Maklum saja, cewek yang satu ini nggak cukup beberapa menit bersolek di depan cermin kesayangannya. Mungkin bisa memakan banyak waktu, hingga banyak waktu yang terbuang sia-sia. Tomboy sih boleh aja, tapi ini namanya melebihi dosis seorang wanita normal untuk bersolek. Hahhahaah :D ketawa dikit lah.
“Rebes, Mom.” Satu jawaban singkat yang dilontarkan Cinta, untuk waktu yang berjam-jam terbuang.
“Udah donk Cin, eke bete nih chin. Liat loe gak selesai-selesai berhadapan sama eke.” Nada manja ala bancis akhirnya terdengar juga dari si cermin kesayangannya itu.
“Oke cermin, gue mau berangkat nih.” Cinta membalikkan badan dan mengambil tas Diesel selempangnya. Lalu berlalu pergi. I’m coming abu-abu . . . . . . . . . 


***
Di sisi dunia lain pun terlihat sesosok makhluk tampan bin handsome, penghuni salah satu istana di sebuah perumahan Menteng. Dengan gaya cool and cute, si cowok yang bernama Revan itu menghampiri sang Raja yang sudah siap setengah jam lalu di depan halaman istana dengan bersandar di mobil sedan berplat B yang sudah hampir jamuran.
“Oke, Dad. I’m ready.” Si Revan pun langsung menghampiri ayahnya dengan gagah tak berani, tapi tetap dengan senyuman yang cute itu. Mobil mereka pun melesat secepat anak panah yang lepas dari busurnya, melewati celah yang kosong mobi-mobil yang lain.

Bahagia Itu Sederhana

Perasaan hangat saat merasakan rasa istimewa, melambungkan angan-anganku sejauh-jauhnya hingga tak terjamah lagi oleh mata manusia manapun. Keberanian menyeruak dari hati yang terdalam menepiskan rasa ragu atas perasaan yang tengah ku rasakan kini. Sejenak aku mencoba singgah dan saat itu juga aku tak mau pergi lagi. Masih tetap singgah walau mungkin tak terlihat. Hanya bisa menepi dan bersembunyi di balik dinding yang bernamakan kerahasiaan. Sungguh aku tahu hal ini tak mudah, namun aku sudah terlanjur terbawa arus atas sosoknya yang indah di pandanganku. Aku merasakan kebahagiaan. Bahagia yang sederhana ketika merasakan rasa istimewa.

Tetapi terkadang ada perih yang aku rasakan. Terkadang juga ada sedikit kebahagiaan yang aku dapatkan. Tinggal bagaimana aku bisa memaknai dan sampai sejauh mana aku sanggup bertahan akan perasaan tak terbalas ini. Aku hanya manusia yang memiliki hati dan kebetulan merasakan rasa istimewa pada manusia yang juga memiliki hati. Bedanya denganku, manusia yang bernama Diraz tak memiliki rasa istimewa pada manusia yang bernama Mikha. Kini aku terdampar di tengah lautan hatinya. Aku tenggelam dalam lembah perasaanku. Tak akan ada yang bisa membawaku ke daratan karena besarnya ombak cinta yang tengah menggulungku. Tapi sungguh aku merasakan bahagia. Bahagia itu sederhana ketika kita jatuh cinta.
***

Senin, 07 Mei 2012

Pendiri Barcelona


Nama:Hans-Max Kamper
Panggilan:Joan Gamper
Tanggal Lahir:22 November 1877
Tempat Lahir:Winterthur , Swiss
Meninggal:30 Juli 1930
Posisi:Pemain Depan
Tampil:51
Gol:120
Presiden:1908-09, 1910-13, 1917-19, 1921-23, 1924-25

Joan Gamper ( lahir 22 November 1877 dan meninggal 30 Juli 1930) sebelumnya dia dikenal sebagai Hans-Max Gamper adalah salah satu pelopor sepakbola Swiss, yang telah mendirikan klub sepak bola di Swiss dan Catalonia ( Spanyol ), terutama FC Basel , FC Zurich dan FC Barcelona.

Pada awalnya Hans-Max Gamper yang lebih dikenal dengan nama Joan Gamper pergi ke Barcelona pada tahun 1898 untuk mengunjungi pamannya, Emili Gaissert, yang tinggal di Barcelona



Gamper sedang dalam perjalanan ke Afrika untuk membantu mendirikan perusahaan gula, tapi Gamper terpesona oleh keindahan kota Spanyol dan memutuskan untuk tinggal di Spanyol. Sebagai seorang akuntan, Gamper menemukan sebuah pekerjaan di Perusahaan Kereta Api sebagai kolumnis olahraga dan bekerja untuk dua surat kabar Swiss. Gamper bergabung dengan Gereja Injili Swiss lokal dan mulai bermain sepak bola di dalam masyarakat Protestan lokal di distrik SarriĆ -Sant Gervasi . Dia juga menghadiri Sole Gimnasio dan membantu menerbitkan sebuah majalah, Los Deportes.

Selasa, 01 Mei 2012

Jika anak bertanya tentang tuhan

Utamanya pada masa emas 0-5 tahun, anak-anak menjalani hidup mereka dengan sebuah potensi menakjubkan, yaitu rasa ingin tahu yang besar. Seiring dengan waktu, potensi ini terus berkembang (Mudah-mudahan potensi ini tidak berakhir ketika dewasa dan malah berubah menjadi pribadi-pribadi "tak mau tahu" alias ignoran). Nah, momen paling krusial yang akan dihadapi para orang tua adalah ketika anak bertanya tentang Tuhan. Berhati-hatilah dalam memberikan jawaban atas pertanyaan mahapenting ini. Salah sedikit saja, bisa berarti kita menanam benih kesyirikan dalam diri buah hati kita. Nauzubillahi min zalik.


Berikut ini saya ketengahkan beberapa pertanyaan yang biasa anak-anak tanyakan pada orang tuanya:


Tanya 1: "Bu, Tuhan itu apa sih?"


Jawablah:


"Nak, Tuhan itu Yang Menciptakan segala-galanya. Langit, bumi, laut, sungai, batu, kucing, cicak, katak, burung, semuanya, termasuk menciptakan nenek, kakek, ayah, ibu, juga kamu." (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)